Missi Kristen, Motiv Utama Darmagandul


Agama Kristen selalu diposisikan sebagai agama yang unggul, sedang Islam agama yang buruk

Untuk memahami isi Darmagandul, terdapat sejumlah terminologi yang harus dipahami. Dengan memahami istilah-istilah kunci tersebut, maka motif utama dalam karya sastra ini akan lebih mudah dimengerti. Kata kunci itu adalah wit kawruh (pohon pengetahuan), wit kuldi (pohon Kuldi), dan wit budi (pohon budi).
Wit kawruh digunakan sebagai simbol untuk mendeskripsikan agama Nashrani, wit Kuldi merupakan simbolisasi agama Islam, dan wit Budi merepresentasikan “agama asli Jawa” yang oleh Darmagandul disebutkan sebagai agama Budha. Simbolisasi itu dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

“Lamun seneng neda woh wit budi, mituruta babon, Buda-Budi karan agamane, anyebuta Dewa Batara Di, Lamun seneng bukti, woh wit kajeng kawruh, Anyebuta asmane Jeng Nabi Isa kang kinaot, mituruta Gusti agamane, lamun seneng neda woh wit kuldi, njebuta Jeng Nabi Muhammad Rasulun.

(Jika suka memakan buah Pohon Budi, maka ikutilah induk, Agama Buda-Budi, sebutlah nama Dewa Batara Di. Jika suka bukti, makanlah buah Pohon Pengetahuan, sebutlah nama Nabi Isa yang termuat, turutilah agamanya. Jika suka memakan buah Pohon Kuldi maka sebutlah nama Nabi Muhammad).

Dari kutipan di atas, dapat dimengerti bahwa istilah-istilah tersebut mewakili sebuah makna secara khusus. Ide penggunaan simbolisasi agama dengan meminjam nama “jenis pohon” dapat dilacak sumbernya sebagai berikut:

“Darmogandul matur, nyuwun diterangake bab enggone Nabi Adam lan Babu Kawa pada kesiku dening Pangeran, sabab saka enggone padha dhahar wohe kayu kawruh kang ditandur ana satengahing taman firdaus. Ana maneh kitab kang nerangake kang didhahar Nabi Adan lan Babu Kawa iku woh Kuldi, kang ditandur ana ing swarga. Mula nyuwun diterangake, yen ing kitab Jawa diceritaake kepriye, kang nyebutake kok mung kitab Arab lan kitabe wong Srani ”.

(Darmagandul berbicara, minta diterangkan bab cerita Nabi Adam dan Hawa yang dihukum oleh Pangeran, sebab telah memakan buah pohon pengetahuan yang ditanam di tengah taman Firdaus. Ada lagi yang menerangkan bahwa yang dimakan Nabi Adam dan Hawa itu buah Kuldi, yang ditanam di Surga. Maka minta diterangkan, jika dalam kitab Jawa diceritakan bagaimana, yang menyebutkan mengapa hanya kitab Arab dan kitab Agama Nashrani).

Jadi, ide penggunaan istilah “wit Kawruh” (Pohon Pengetahuan) rupanya diperoleh pengarang Darmagandul dari kitab Suci Kristen (Nashrani). Hal ini dapat dilihat dalam Kejadian 2:16.

Sedangkan paralelisasi “Pohon Kuldi” dengan Islam, menunjukkan miskonsepsi sang pengarang. Syajaratul khuldi yang bermakna “pohon kekekalan” dalam al-Qur`an (dalam Darmagandul disebut “Kitab Arab”), sejatinya merupakan definisi menyesatkan oleh Iblis tentang pohon yang tumbuh di jannah dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang Adam untuk mendekatinya. Hal ini terkait langsung dengan missi Iblis untuk menjerumuskan Adam.(Lihat QS. Thaaha: 115-122).

KENTAL CERITA BIBLE
Pengarang Serat Darmagandul dipastikan merupakan penganut Kristen yang telah bersentuhan dengan sejumlah cerita Perjanjian Lama. Ide-ide dari kitab tersebut lantas diolah sehingga menghasilkan jalinan cerita dalam Darmagandul. Tidak mengherankan, jika kitab berbahasa Jawa berbau pornografi ini kental dengan kisah yang bersumber dari Perjanjian Lama. Cerita tentang perebutan kekuasaan antara Nabi Dawud dan Absalom, puteranya sebagai misal:

“Panjenengan Nabi Dawud, putranira kang tuwa, Abe Salam ingkang nami, mungsuh bapa anggege keprabonira. Dawud kengser saking praja, Abe Salam kang gumanti, sawise antara warsa, Nabi Dawud sarta dasih, wangsul amukul nagri, Sang Abe Salam lumayu, angungsi wana-wana, ginawa mbandang turanggi, pan kecantol tenggaknja oyoding wreksa. Kudane mberung lumajar, Abe Salam iku kari, tenggaknya ketjantol lata, gumatung wreksa ngemasi, iku kukume Widi, yen wong mungsuh bapa ratu.”

(Putra Nabi dawud yang tua bernama Absalom, melawan ayahnya untuk merebut tahta. Dawud terusir dari istana dan Absalom menggantikannya sebagai raja. Setelah beberapa tahun Dawud kemudian menyerang Absalom dan berhasil merebut negerinya. Absalom melarikan diri dengan mengendarai kuda. Kudanya terus berlari kencang meskipun kepala Absalom menyangkut di dahan pohon, itulah hukum Tuhan, jika anak bermusuhan dengan ayahnya yang seorang raja.)

Kisah kedurhakaan putra Dawud di atas ternyata bersumber dari kitab II Samuel pasal 15 hingga 18.

Kristenisasi sebagai Motif Utama
Pengarang Darmagandul sejak awal beritikad menampilkan agama Nashrani lebih unggul dibandingkan agama-agama lainnya. Motif ini dapat ditelisik, dimana Islam senantiasa ditampilkan dalam image negatif. Ajaran Kristen sendiri ditempatkan secara positif. Contohnya:

“… Kang diarani agama Srani iku tegese sranane ngabekti, temen-temen ngabekti mrang Pangeran, ora nganggo nembah brahala, mung nembah marang Allah, mula sebutane Gusti Kanjeng Nabi Isa iku Putrane Allah, awit Allah kang mujudake, … ”

(Yang disebut agama Nashrani adalah sarana berbakti, benar-benar berbakti kepada Tuhan tanpa menyembah berhala, hanya menyembah Allah, maka sebutannya Gusti Kanjeng Nabi Isa itu Putra Allah, sebab Allah yang mewujudkan.)

Selain itu, Darmagandul juga mencoba mengetengahkan upaya marginalisasi Islam dengan menyatakan bahwa hukum dalam al- Qur`an sudah tidak berlaku dan sebagai gantinya adalah hukum Kristen.

“Kitab ‘Arab djaman wektu niki, sampun mboten kanggo, resah sija adil lan kukume, ingkang kangge mutusi prakawis, kitabe Djeng Nabi, Isa Rahu’llahu.

(Kitab Arab pada zaman ini sudah tidak terpakai, sebab hukumnya meresahkan dan tidak adil. Yang digunakan untuk memutuskan perkara adalah kitab Nabi Isa Rahullah).

Adapun puncak dari seluruh motif dan kepentingan dalam penulisan Darmagandul digambarkan dalam suara kutukan roh Prabu Brawijaya terhadap Raden Patah sebagai berikut :

“… eling-elingen ing besuk, yen wis ana agama kawruh, ing tembe bakal tak wales, tak ajar weruh ing nalar bener lan luput, pranatane mengku praja, mangan babi kaya dek jaman Majapahit.”

(Ingat-ingatlah besok, jika ada agama pengetahuan, maka akan kubalas, akan kuajari pengetahuan yang benar dan salah, peraturan tata negara, memakan babi seperti jaman Majapahit.)

Pengarang Darmagandul ingin mengatakan bahwa Islam akan kalah oleh agama kawruh, dalam hal ini sebangun dengan pohon pengetahuan yang maksudnya adalah Kristen. Darmagandul seolah-olah sedang memberikan ramalan masa depan bahwa Islam di Jawa akan ditundukkan oleh Kristen yang dianggap akan mengajar benar dan salah serta menghalalkan babi. Maka telah jelas bahwa penulisan Darmagandul sejak awal dimaksudkan guna kepentingan missi penginjilan, bukan kitab bagi kalangan kebatinan. SUARA HIDAYATULLAH, DESEMBER 2010

BY : majalah hidayatullah.com

0 Response to "Missi Kristen, Motiv Utama Darmagandul"

Posting Komentar