Management Waktu

Oleh : Lilis Budiarsih S.Pd

Dalam Al-Qur’anul Karim Surat Al-Ashr (103): 1-3, Allah berfirman yang artinya sebagai berikut.
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Hanya individu-individu yang beriman dan kemudian mengamalkannyalah yang tidak termasuk orang yang merugi, serta mereka bermanfaat bagi orang banyak dengan melakukan aktivitas dakwah dalam banyak tingkatan. Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Al-Imran (3) ayat 104, Allah berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
            Setiap muslimah yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian dimana banyak sekali ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi.
            Seorang muslimah haruslah pandai untuk mengatur segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah, dengan aktivitas qiyamullail, shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan menuntut ilmu-ilmu syar’i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia mengerjakan kewajiban di wilayah domestiknya seperti mengatur kegiatan rumah tangga , seperti, melayani suami, memasak, mengurus anak2 serta menginginkan bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah membantu suami , menunaikan tugas dakwah di lingkungan masyarakat, maupun di tempat-tempat lainnya.
            Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat. Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.

Dalam hal ini, manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-landasan berikut.:
1.      Pembuatan skala prioritas kegiatan
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.


2.      Menghindari penundaan kegiatan
Sebaiknya kegiatan yang telah kita rencanakan serta menjadi prioritas hendaknya segera dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan.Apabila hal ini mengalami penundaan pastinya kegiatan-kegiatan yang lain akan berkurang pula waktunya secara otomatis kita akan kehabisan waktu bahkan kekurangan waktu untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan.Jadi bersegeralah menunaikan pekerjaan atau amanah yang telah kita rencanakan maupun di bebankan kepada kita.  Mengenai hal ini berikut cerita yang dapat kita renungkan bersama.
Beberapa waktu setelah wafatnya khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, diangkatlah Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah, beliau beranjak menuju rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Beliau ingin sekali istirahat barang sejenak setelah menguras tenaganya karena banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah.
Akan tetapi, belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik ketika itu dia berumur 17 tahun dan berkata,
Abdul Malik                      :  Apa yang ingin anda lakukan wahai amirul mukminin?
Umar bin Abdul Aziz    : Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena   sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa.
Abdul Malik                         : Apakah anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizalimi  wahai Amirul Mukminin?
Umar bin Abdul Aziz          : Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika datang waktu dzuhur aku akan shalat bersama manusia dan akan aku kembalikan hak yang didzalimi kepada pemiliknya, Insya Allah.
 Abdul Malik                        : Siapa yang menjamin bahwa Anda masih hidup hingga datang waktu dhuhur wahai Amirul Mukminin?
            Kata-kata ini menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah. Beliau berkata ,” Mendekatlah engkau Nak!”Lalu mendekatlah putra beliau lalu beliau merangkul dan mencium keningnya sembari berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku.”
            Subhanallah,cerita di atas dapat memberikan contoh betapa pentingnya kita memanfaatkan waktu untuk  menunaikan amanah dengan segera tanpa harus menunda-nunda. Semoga kita termasuk orang yang selalu menunaikan amanah dengan segera. Amiiin.      

  





HARAPAN TIDAK PERNAH SIRNA


Sebagai seorang pendidik, tentunya kita memiliki harapan – harapan besar yang kita wujudkan. Baik itu dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Harapan begitu penting dalam hidup, sebab tanpa harapan, hidup kita akan selesai.
Harapan yang ingin kita wujudkan tentunya harapan yang dirahmati dan diridhoi Allah. Sesungguhnya harapan akan berbanding lurus dengan ilmu. Dalam surah Al – Hijr : 56 Allah berfirman : Ibrahim berkata : tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang – orang yang sesat. Hanya orang – orang yang sesat ( mereka yang tidak memiliki ilmu ) yang telah berputus asa dari rahmat Nya. Banyak orang yang merasa sudah berilmu, tetapi jika ia masih berputus asa, maka dialah yang termasuk golongan orang yang sesat. Untuk itu, agar kita terhindar dari rasa putus asa, kuncinya kita mau membuka hati untuk menerima ilmu dari manapun datangnya. Tidak ada ilmu yang sia – sia. Seringkali seseorang menutup hati karena ilmu yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kadang juga, banyak orang terjebak, mereka belajar bukan untuk mencari jalan yang benar, tetapi untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Jika ternyata tidak mendukung, maka ilmu itu akan ditolaknya. Karena itu, jika kita menemukan pengetahuan dan ilmu yang mungkin tidak kita disukai.
Pekerjaan, tugas, dakwah bisa jadi sebuah beban yang sangat besar. Saat kita merasa berat memikilnya, bahkan sampai pada diri ini mau jatuh. Kita harus mempunyai dasar yang kuat. Ibarat sebuah bangunan, kita harus membangun fondasi yang kuat tidak mudah roboh jika diterjang oleh apapun. Fondasi itu tiada lain adalah iman. Orang yang beriman akan merasakan semangat kembali, ketika mereka diingatkan dalam surah Al – Baqarah : 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Semoga kita menjadi barisan diantara wanita mu’minah yang tidak pernah mengenal putus asa dan yakin bahwa harapan tidak pernah sirna selama iman ada di dada serta mampu mewujudkan harapan besar dalam hidup.