URGENSI WAKTU

Apel Motivasi Guru
Lab SD, Rabu, 23 Februari 2011

Allah bersumpah dengan menggunakan waktu demi menjelaskan urgensitasnya

Didalam al quran terdapat sejumlah ayat yang mengisyaratkan akan keagungan serta urgensitas anugerah waktu sebagai pokok nikmat. Cukuplah bagi kita mengetahui bahwasannya Allah telah bersumpah dengan menggunakan berbagai fase waktu di dalam Al Quran. Hal itu sebagai petunjuk akan nilai keagungan dan ugensitasnya. Maka disanalah allah bersumpah dengan waktu malam,siang hari, waktu fajar, subuh, cahaya merah diwaktu senja, waktu dhuha dan waktu ashar. Diantara ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Firman Allah dalam surat Al-Lail 1-2, yang artinya “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang”.
Firman Allah dalam surat Al-Muddatstir:33-34, yang artinya “Dan malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila telah mulai terang”.
Firman Allah dalam surat AT-Takwir: 17-18, yang artinya “ Demi malam yang apabila telah meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing”.
Dalam surat AL-Insyiqaq:16-17,yang artinya “Maka aku bersumpah demi cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya”.
Dalam surat Al-Fajr 1-2, yang artinya “ demi fajar dan malam yang sepuluh”.
Dalam surat Adh-Dhuha 1-2 yang artinya “Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi”.
serta dalam surat Al-‘Ashr 1-2, yang artinya “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”.

Jika kita cermati, maka setiap Allah bersumpah dengan waktu, hal itu menunjukkan sesuatu tersebut menempati urgensitas yang paling tinggi. Sumpahnya menggunakan waktu terletak pada dua hal yang sangat urgen. Pertama; dalam rangka membebaskan rasul dari anggapan kaum musryrikin beserta musuh-musuhnya yang menuduh ia telah ditinggalkan Tuhannya. Kedua; dalam rangka menjelaskan bahwasannya setiap manusia berada dalam kerugian dan kebinasaan kecuali mereka yang mau beriman dan beramal saleh. Maka untuk menegaskan hal tersebut Allah berfirman:
“Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu”.(Adh-Dhuha:1-3).
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menenpati kebenaran”.(Al-‘Ashr:1-3).
Penjelasan imam Fakhr Ar-Razi tentang urgensi waktu dan kemuliaannya yang tertuang dalam kitab tafsinya(tafsir Mafatihu Al-Ghoib 32/84), ketika menafsirkan surat “Al ‘Ashr” berkata:”dalam ayat ini Allah bersumpah dengan menggunakan masa, sebab didalamnya terdapat keajaiban-keajaiban; padanya terdapat kebahagiaan dan kesengsaraan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan dan umur tidak dapat dinilai dengan sesuatu yang lain dalam hal nilai dan kemurahannya.”
Sedangkan menurut Syaikh Fakhruddin berkata,”Demi Allah, saya merasa menyesal atas waktu yang terlewatkan yang tidak saya gunakan untuk urusan ilmu seperti waktu yang saya gunakan untuk makan. Karena waktu dan masa adalah sesuatu yang amat berharga.”
Sekiranya engkau menyia-nyiakan waktu selama seribu tahun untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, kemudian engkau bertaubat lalu engkau ditakdirkan mendapat kebahagiaan di akhir sisa umur, maka engkau berada dalam surga selamanya. Dengan itu engkau menyadari bahwasannya masa hidupmu yang paling berharga adalah masa akhir tersebut.
Waktu merupakan salah satu pokok-pokok nikmat. Maka Allah bersumpah dengannya. Di samping itu Dia mengingatkan manusia bahwasannya siang dan malam merupakan kesempatan yang banyak disia-siakan oleh manusia, dan bahwasannya waktu itu lebih mulia ketimbang tempat, maka dia bersumpah dengannya, sebab waktu adlah nikmat yang suci dan tidak cacat sama sekali, adapun yang merugi dan layak dicela adalah manusianya sendiri”.
Hal diatas merupakan sebagian apa yang dijelaskan oleh Al Quran tentang urgensi waktu bahwasannya ia merupakan salah satu pokok-pokok nikmat sekaligus termasuk salah satu nikmat termulia.
Adapun penjelasan secara sunnah imam Bukhari, At-Turmudzi dan Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: “Ada dua jenis nikmat yang kebanyakan manusia merugi karena takmampu memanfaatkan keduanya secara bail yaitu kesehatan dan waktu luang”.
Waktu adalah nikmat besar dan anugerah agung yang tidak dapat diketahui nilainya serta tidak dimanfaatkan secara baik kecuali oleh mereka yang diberi taufik Allah serta terpilih. Hal itu sebagaimana diisyaratkan oleh lafazd hadist yang redaksinya:”Maghbunun Fihima Katsirun Mina Aan-Naas” (kebanyakan manusia merugi di dalamnya). Redaksi hadist tersebut mengindikasikan bahwa mereka yang dapat memanfaatkan keduanya secara baik adalah sedikit, sedang mayoritas mereka menyia-nyiakannya dan akhirnya merugi.
Semoga Allah memberikan kita bimbingan dalam mengelola dan memanfaatkan waktu dengan baik sehingga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan taufiknya.

Cerdas Menghisab Diri

Apel Motivasi Guru SD Islam Integral Lukman al Hakim Purwodadi
Perpus SD, Jum'at, 4 Pebruari 2011
oleh : Imam Suja'i, S.Pt

Dikisahkan, ketika melakukan pemantauan terhadap keadaan rakyatnya, Khalifah Abu Bakar RA dengan ditemani oleh beberapa sahabat memasuki lahan pertanian seseorang dari golongan Anshar. Ketika berada di tengah lahan pertanian itu, Abu Bakar melihat seekor burung terbang dari satu pohon kurma ke pohon kurma lainnya dan dari satu pohon ke pohon lainnya.

Ia pun duduk dan menangis. Para sahabat pun bertanya kepadanya, ''Wahai khalifah, apa gerangan yang terjadi pada dirimu?'' Abu Bakar menjawab, ''Aku menangis karena burung itu. Ia terbang dengan enaknya dari satu pohon ke pohon lainnya, lalu datang ke sumber air dan hinggap di pohon, kemudian mati tanpa ada hisab dan tanpa ada azab. Aduhai, sekiranya aku menjadi burung.'' \\



Penghisaban atas semua amal perbuatan adalah hal yang pasti bagi setiap manusia. Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya menegaskan bahwa hari penghitungan (yaum al-hisab) adalah haqq. Tidak ada seorang pun yang mampu menghindar dari penghisaban di akhirat kelak. Allah berfirman, ''Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.'' (QS 88: 25-26).

Ketika hari penghisaban tiba, tidak ada lagi saat untuk beramal. Karena itu, setiap manusia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari penghisaban dengan memperbanyak amal di dunia. Al-Imam Ali bin Abu Thalib berkata, ''Dunia itu selalu bergerak menjauh dari kehidupan manusia sedangkan akhirat selalu bergerak mendekatinya. Masing-masing dari keduanya mempunyai budak yang setia kepadanya. Maka, jadilah kamu sekalian sebagai budak akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi budak dunia. Sesungguhnya di dunia inilah tempat beramal dan tidak ada penghisaban sedangkan di akhirat nanti adalah saat penghisaban dan bukan tempat beramal.''

Amal yang akan menolong manusia di saat penghisaban nanti adalah amal saleh yang dilandasi dengan niat suci untuk mendapatkan ridha Allah semata. Karena itu, setiap manusia harus pandai melakukan evaluasi terhadap amal yang diperbuatnya di dunia.

Rasulullah SAW bersabda, ''Orang yang cerdas adalah orang yang pandai menghisab dirinya di dunia dan beramal untuk kehidupan setelah mati sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya suka berharap kepada Allah tanpa melakukan apa-apa.'' (HR Tirmidzi).

Pernyataan senada ditegaskan Umar bin Khattab RA, ''Hisablah diri kamu sekalian sebelum dihisab oleh Allah. Dan berhias dirilah (dengan amal) untuk menghadapi ujian terbesar. Sesungguhnya, penghisaban di hari kiamat itu hanya akan terasa ringan bagi orang yang terbiasa menghisab dirinya di dunia.''

Kebiasaan menghisab diri adalah bukti ketakwaan seorang Mukmin. Dengan kebiasaan itu, semoga kita termasuk golongan yang ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya, ''Adapun orang yang diberikan kitab (catatan) amalnya dari sebelah kanannya, maka ia akan dihisab dengan penghisaban yang mudah.'' (QS 84: 7-8). Wallahu a'lam


Bening Hati Berbalas Surga


Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan ayat-ayat Qur’an. Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,”Akan hadir diantara kalian seorang calon penghuni surga”. Para sahabat pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini?. Dengan antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke arah pintu.

Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang yang dimaksud Rasulullah? Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum kebanyakan. Dia tidak termasuk di antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.

Ternyata, kejadian ini berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki tersebutlah yang kemudian muncul.

Maka para sahabat pun menjadi yakin, bahwa memang i-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?

Akhirnya, para sahabat pun sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk mengamati keseharian laki-laki ini. Maka pada suatu hari, sahabat yang diutus ini menyatakan keinginannya untuk bermalam di rumah laki-laki tersebut. Si laki-laki calon penghuni surga mempersilakannya.

Selama tinggal di rumah laki-laki tersebut, si sahabat terus-menerus mengikuti kegiatan si laki-laki calon penghuni surga. Saat si laki-laki makan, si sahabat ikut makan. Saat si sahabat mengerjakan pekerjaan rumah, si sahabat menunggui. Tapi ternyata seluruh kegiatannya biasa saja. “Oh, mungkin ibadah malam harinya sangat bagus,” pikirnya. Tapi ketika malam tiba, si laki-laki pun bersikap biasa saja. Dia mengerjakan ibadah wajib sebagaimana biasa. Dia membaca Qur’an dan mengerjakan ibadah sunnah, namun tak banyak. Ketika tiba waktunya tidur, dia pun tidur dan baru bangun ketika azan subuh berkumandang.

Sungguh, si sahabat heran, karena ia tak jua menemukan sesuatu yang istimewa dari laki-laki ini. Tiga malam sang sahabat bersama sang calon penghuni surga, tetapi semua tetap berlangsung biasa. Apa adanya.

Akhirnya, sahabat itu pun pun berterus terang akan maksudnya bermalam. Dia bercerita tentang pernyataan Rasulullah. Kemudian dia bertanya,“Wahai kawan, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang kau lakukan sehingga kau disebut salh satu calon penghuni surga oleh Rasulullah? Tolong beritahu aku agar aku dapat mencontohmu”.

Si laki-laki menjawab,” Wahai sahabat, seperti yang kau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun da satu kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu.
Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan ubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.”

Mendengar penjelasan itu, wajah sang sahabat menjadi berseri-seri. “Terima kasih kawan atas hikmah yang kau berikan. Aku akan memberitahu para sahabat mengenai hal ini”. Sang sahabat pun pamit dengan membawa pelajaran berharga.

***
Kawan, kisah di atas barangkali tak lagi asing. Namun tiada rugi untuk ditutur kembali. Surga bukan hanya hak para wali, nabi, syuhada dan ulama. Jika kita merasa hanyalah orang kebanyakan, itu tak berarti kita tak berhak atas nikmat surga. Karena amalan kecil pun bisa menjadi kunci masuk surga. Dan ternyata kebersihan hati itu sangat besar nilainya.

Jangan pernah berputus asa atas rahmatNya. Sungguh Dia Maha Pemberi Karunia. InsyaAllah, jika kita ikhlas, tulus dan mengerjakan penuh cinta, Dia takkan menyia-nyiakan hambaNya. Wallahu a’lam.

sumber : eramuslim

kesuksesan

Apel Motivasi guru SD Islam Integral Lukman al Hakim Purwodadi
Purwodadi, Rabu, 3 Pebruari 2011
oleh : Achmad Bashori, S.Pd

Missi Kristen, Motiv Utama Darmagandul


Agama Kristen selalu diposisikan sebagai agama yang unggul, sedang Islam agama yang buruk

Untuk memahami isi Darmagandul, terdapat sejumlah terminologi yang harus dipahami. Dengan memahami istilah-istilah kunci tersebut, maka motif utama dalam karya sastra ini akan lebih mudah dimengerti. Kata kunci itu adalah wit kawruh (pohon pengetahuan), wit kuldi (pohon Kuldi), dan wit budi (pohon budi).
Wit kawruh digunakan sebagai simbol untuk mendeskripsikan agama Nashrani, wit Kuldi merupakan simbolisasi agama Islam, dan wit Budi merepresentasikan “agama asli Jawa” yang oleh Darmagandul disebutkan sebagai agama Budha. Simbolisasi itu dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

“Lamun seneng neda woh wit budi, mituruta babon, Buda-Budi karan agamane, anyebuta Dewa Batara Di, Lamun seneng bukti, woh wit kajeng kawruh, Anyebuta asmane Jeng Nabi Isa kang kinaot, mituruta Gusti agamane, lamun seneng neda woh wit kuldi, njebuta Jeng Nabi Muhammad Rasulun.

(Jika suka memakan buah Pohon Budi, maka ikutilah induk, Agama Buda-Budi, sebutlah nama Dewa Batara Di. Jika suka bukti, makanlah buah Pohon Pengetahuan, sebutlah nama Nabi Isa yang termuat, turutilah agamanya. Jika suka memakan buah Pohon Kuldi maka sebutlah nama Nabi Muhammad).

Dari kutipan di atas, dapat dimengerti bahwa istilah-istilah tersebut mewakili sebuah makna secara khusus. Ide penggunaan simbolisasi agama dengan meminjam nama “jenis pohon” dapat dilacak sumbernya sebagai berikut:

“Darmogandul matur, nyuwun diterangake bab enggone Nabi Adam lan Babu Kawa pada kesiku dening Pangeran, sabab saka enggone padha dhahar wohe kayu kawruh kang ditandur ana satengahing taman firdaus. Ana maneh kitab kang nerangake kang didhahar Nabi Adan lan Babu Kawa iku woh Kuldi, kang ditandur ana ing swarga. Mula nyuwun diterangake, yen ing kitab Jawa diceritaake kepriye, kang nyebutake kok mung kitab Arab lan kitabe wong Srani ”.

(Darmagandul berbicara, minta diterangkan bab cerita Nabi Adam dan Hawa yang dihukum oleh Pangeran, sebab telah memakan buah pohon pengetahuan yang ditanam di tengah taman Firdaus. Ada lagi yang menerangkan bahwa yang dimakan Nabi Adam dan Hawa itu buah Kuldi, yang ditanam di Surga. Maka minta diterangkan, jika dalam kitab Jawa diceritakan bagaimana, yang menyebutkan mengapa hanya kitab Arab dan kitab Agama Nashrani).

Jadi, ide penggunaan istilah “wit Kawruh” (Pohon Pengetahuan) rupanya diperoleh pengarang Darmagandul dari kitab Suci Kristen (Nashrani). Hal ini dapat dilihat dalam Kejadian 2:16.

Sedangkan paralelisasi “Pohon Kuldi” dengan Islam, menunjukkan miskonsepsi sang pengarang. Syajaratul khuldi yang bermakna “pohon kekekalan” dalam al-Qur`an (dalam Darmagandul disebut “Kitab Arab”), sejatinya merupakan definisi menyesatkan oleh Iblis tentang pohon yang tumbuh di jannah dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang Adam untuk mendekatinya. Hal ini terkait langsung dengan missi Iblis untuk menjerumuskan Adam.(Lihat QS. Thaaha: 115-122).

KENTAL CERITA BIBLE
Pengarang Serat Darmagandul dipastikan merupakan penganut Kristen yang telah bersentuhan dengan sejumlah cerita Perjanjian Lama. Ide-ide dari kitab tersebut lantas diolah sehingga menghasilkan jalinan cerita dalam Darmagandul. Tidak mengherankan, jika kitab berbahasa Jawa berbau pornografi ini kental dengan kisah yang bersumber dari Perjanjian Lama. Cerita tentang perebutan kekuasaan antara Nabi Dawud dan Absalom, puteranya sebagai misal:

“Panjenengan Nabi Dawud, putranira kang tuwa, Abe Salam ingkang nami, mungsuh bapa anggege keprabonira. Dawud kengser saking praja, Abe Salam kang gumanti, sawise antara warsa, Nabi Dawud sarta dasih, wangsul amukul nagri, Sang Abe Salam lumayu, angungsi wana-wana, ginawa mbandang turanggi, pan kecantol tenggaknja oyoding wreksa. Kudane mberung lumajar, Abe Salam iku kari, tenggaknya ketjantol lata, gumatung wreksa ngemasi, iku kukume Widi, yen wong mungsuh bapa ratu.”

(Putra Nabi dawud yang tua bernama Absalom, melawan ayahnya untuk merebut tahta. Dawud terusir dari istana dan Absalom menggantikannya sebagai raja. Setelah beberapa tahun Dawud kemudian menyerang Absalom dan berhasil merebut negerinya. Absalom melarikan diri dengan mengendarai kuda. Kudanya terus berlari kencang meskipun kepala Absalom menyangkut di dahan pohon, itulah hukum Tuhan, jika anak bermusuhan dengan ayahnya yang seorang raja.)

Kisah kedurhakaan putra Dawud di atas ternyata bersumber dari kitab II Samuel pasal 15 hingga 18.

Kristenisasi sebagai Motif Utama
Pengarang Darmagandul sejak awal beritikad menampilkan agama Nashrani lebih unggul dibandingkan agama-agama lainnya. Motif ini dapat ditelisik, dimana Islam senantiasa ditampilkan dalam image negatif. Ajaran Kristen sendiri ditempatkan secara positif. Contohnya:

“… Kang diarani agama Srani iku tegese sranane ngabekti, temen-temen ngabekti mrang Pangeran, ora nganggo nembah brahala, mung nembah marang Allah, mula sebutane Gusti Kanjeng Nabi Isa iku Putrane Allah, awit Allah kang mujudake, … ”

(Yang disebut agama Nashrani adalah sarana berbakti, benar-benar berbakti kepada Tuhan tanpa menyembah berhala, hanya menyembah Allah, maka sebutannya Gusti Kanjeng Nabi Isa itu Putra Allah, sebab Allah yang mewujudkan.)

Selain itu, Darmagandul juga mencoba mengetengahkan upaya marginalisasi Islam dengan menyatakan bahwa hukum dalam al- Qur`an sudah tidak berlaku dan sebagai gantinya adalah hukum Kristen.

“Kitab ‘Arab djaman wektu niki, sampun mboten kanggo, resah sija adil lan kukume, ingkang kangge mutusi prakawis, kitabe Djeng Nabi, Isa Rahu’llahu.

(Kitab Arab pada zaman ini sudah tidak terpakai, sebab hukumnya meresahkan dan tidak adil. Yang digunakan untuk memutuskan perkara adalah kitab Nabi Isa Rahullah).

Adapun puncak dari seluruh motif dan kepentingan dalam penulisan Darmagandul digambarkan dalam suara kutukan roh Prabu Brawijaya terhadap Raden Patah sebagai berikut :

“… eling-elingen ing besuk, yen wis ana agama kawruh, ing tembe bakal tak wales, tak ajar weruh ing nalar bener lan luput, pranatane mengku praja, mangan babi kaya dek jaman Majapahit.”

(Ingat-ingatlah besok, jika ada agama pengetahuan, maka akan kubalas, akan kuajari pengetahuan yang benar dan salah, peraturan tata negara, memakan babi seperti jaman Majapahit.)

Pengarang Darmagandul ingin mengatakan bahwa Islam akan kalah oleh agama kawruh, dalam hal ini sebangun dengan pohon pengetahuan yang maksudnya adalah Kristen. Darmagandul seolah-olah sedang memberikan ramalan masa depan bahwa Islam di Jawa akan ditundukkan oleh Kristen yang dianggap akan mengajar benar dan salah serta menghalalkan babi. Maka telah jelas bahwa penulisan Darmagandul sejak awal dimaksudkan guna kepentingan missi penginjilan, bukan kitab bagi kalangan kebatinan. SUARA HIDAYATULLAH, DESEMBER 2010

BY : majalah hidayatullah.com

Sejalan dengan Kepentingan Kolonial


Identitas penulis Serat Darmagandul tidak jelas, ceritanya bersumber dari orang yang kesurupan. Lantas, di mana kesesuaiannya dengan kepentingan penjajah?

Identitas pengarang Serat Darmagandul hingga kini belum dapat dipastikan. Sejumlah teori telah dirumuskan untuk mengungkapkan masa jati dirinya. Muh Hari Soewarno, seorang pengamat kebudayaan Jawa menduga bahwa pengarang Darmagandul adalah Ranggawarsita, pujangga Keraton Surakarta. Teori ini mudah terbantah, sebab Ranggawarsita telah wafat pada 24 Desember 1873.

Philip Van Akkeren, akademisi Belanda, memiliki pendapat lain. Ia menyatakan bahwa pengarangnya seorang Kristen bernama Ngabdullah Tunggul Wulung atau dikenal dengan nama baptis Ibrahim Tunggul Wulung. Teori ini memang mampu menjelaskan adanya pengaruh sejumlah doktrin Kristen dalam Darmagandul. Namun belum sepenuhnya bisa dianggap akurat. Dalam kesehariannya, Tunggul Wulung dikenal cukup menghormati Islam. Meskipun telah beralih menjadi Kristiani, namun ia memegang teguh keyakinan bahwa “Muhammad adalah seorang yang juga dihormati dalam Injil.” Sedangkan Darmagandul justru menampilkan kesan melecehkan Islam, termasuk Nabi Muhammad.

Problem identitas di atas sudah tentu akan berimplikasi pada otoritas dan tanggung jawab sang pengarang terhadap substansi “kebenaran” yang dibeberkannya. Pada giliran selanjutnya juga merambah pada wilayah kesahihan informasi.

Selain problem identitas penulisnya, ada yang perlu juga diperhatikan menyangkut isinya. Hampir seluruh isi Darmagandul merupakan bentuk turunan dari Serat Babad Kadhiri yang ditulis pada 1832 M oleh Mas Ngabehi Poerbawidjaja dan Mas Ngabehi Mangoenwidjaja. Babad Kadhiri ini dibuat atas perintah seorang pejabat Belanda.

GWJ Drewes, seorang orientalis Belanda, mengungkapkan bahwa Babad Kadhiri menyediakan tema utama dan ide bagi penulisan Darmagandul. Drewes juga membantah pendapat Philip van Akkeren yang beranggapan bahwa Serat Babad Kadhiri mengambil sumber cerita dari Darmagandul. Dilihat dari masa penulisan masing-masing, dapat diketahui bahwa Darmagandul adalah karya yang hadir lebih belakangan.

Hampir seluruh cerita yang ada dalam Babad Kadhiri dapat dijumpai dalam Serat Darmagandul. Termasuk di dalamnya tokoh cerita seperti Buto Locaya, Kyai Combre, Sabdo Palon, Raden Patah, Sunan Benang, dan lain sebagainya. Tokoh Ki Darmagandul dalam Serat Darmagandul kuat dugaan diinspirasi oleh tokoh Ki Darmakanda dari Babad Kadhiri.

Namun, secara mandiri pengarang Darmagandul juga menyisipkan sejumlah cerita agar alurnya dapat sesuai dengan missi pribadinya. Cerita-cerita Kristen yang terdapat dalam Darmagandul, merupakan hasil inisiatif pribadinya yang tidak bersumber dari Serat Babad Kadhiri

Dari kacamata metodologi penulisan, Darmagandul sebagai karya turunan dari Babad Kadhiri tidak dapat digunakan sebagai sumber sejarah. Penyebabnya, Babad Kadhiri bukan murni sebagai sumber tradisi yang didasarkan kepada tradisi lisan. Mangoenwidjaja, salah satu pengarang babad ini, mengakui bahwa karyanya merupakan cerita pedalangan yang bersifat fiktif belaka. Serat Babad Kadhiri ini, sebagaimana pengakuan kedua pengarang, dibuat berdasarkan perintah dari seorang pejabat Belanda di Kediri.

Ide penulisannya bersumber dari hasil ritual pemanggilan makhluk halus, bukan berdasarkan hasil kajian sejarah. Prosesinya diceritakan melalui sebuah ritual, maka jin bernama Kyai Buto Locaya dipanggil untuk masuk ke tubuh seorang medium. Medium yang mengalami “kerasukan” lantas di-”interview”, dan hasilnya kemudian dicatat dalam narasi yang kemudian dikenal sebagai “Serat Babad Kadhiri”.

Penulisan Serat Babad Kadhiri yang bersifat demikian dan juga produk turunannya berupa Serat Darmagandul, jelas sulit diterima sebagai bentuk referensi sejarah, sebab akurasi dan otoritas kebenarannya sulit diverifikasi.

Mencermati bahwa Babad Kadhiri merupakan produk dari proyek penjajah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa Darmagandul adalah kelanjutan langkah Belanda dalam menjinakkan perlawanan Islam. Pada sekitar 1900-an politik Belanda banyak diarahkan untuk mengantisipasi kekuatan Islam yang dianggap berbahaya bagi pemerintah kolonial. Kebijakannya dilakukan dengan kristenisasi dan pemunculan apa yang disebut sebagai “kaum adat”.

Kebijakan politik Belanda pasca 1850-an bukan sekedar bermotif ekonomi. Beberapa kasus menunjukkan, imperialisme Belanda adalah manifestasi idealisme yang bersifat politik dan agama. Dilihat dari segi mana pun, substansi Darmagandul sejalan dengan kepentingan kolonialis. SUARA HIDAYATULLAH, DESEMBER 2010 *Susiyanto

by:majalah.hidayatullah.com

Bimbingan-shalat-fardlu

download gratis e-book


bimbingan-shalat-fardlu.zip

PesanNabiuntukWanitaSalihah


BadwiMahmudalSyaikh-100PesanNabiuntukWanitaSalihah.zip

Nasa Temukan 5 Planet Mirip Bumi


TEMPO Interaktif, Apakah kita sendirian di alam semesta ini? pertanyaan klasik itu mulai terjawab. Kepler, teleskop milik badan antariksa Amerika Serikat (NASA), menemukan lima planet seukuran bumi yang mengorbit di galaksi kita.

Lima planet ini mengorbit di zona yang cukup nyaman bagi sebuah kehidupan. Letaknya cukup jauh dari matahari dan kemungkinan besar memiliki air. Kita tahu, air adalah faktor kunci bagi kehidupan.

"Selama ini kehidupan di planet lain adalah suatu hal yang ilmiah tapi fiksi, kini Kepler telah membantu fiksi yang ilmiah itu menjadi kenyataan," kata administrator NASA, Charles Bolden seperti dikutip dari laman CNN kemarin.

Tim Kepler ini juga mengumumkan menemukan enam planet lain yang lebih besar, semuanya mengorbit ke satu matahari seperti bintang. Bintang itu terletak 2.000 tahun cahaya dari bumi.

Teleskop Kepler juga menemukan 1.200 calon planet. Faktanya, banyak planet yang ditemukan di galaksi Milky way. "Jadi ada banyak sekali planet yang mengorbit seperti bumi di galaksi kita," kata William Borucki, kepala investigator Kepler.

Adapun lima planet yang mirip bumi mengorbit di satu bintang, lebih dingin dan kecil dibandingkan matahari kita. NASA masih melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan bahwa temuan tersebut adalah planet yang seperti bumi.

POERNOMO GR

Edisi Khusus 2011 "Menuju Pendidikan Bertauhid"


Assalamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Pembaca yang kami hormati,
Ijinkan kami kembali menyapa Anda dengan sajian Edisi khusus Suara Hidayatullah sebagaimana beberapa kali sebelumnya kami pernah menyajikan hal serupa untuk Anda. Kali ini kami sengaja mengambil tema yang insya Allah bermanfaat bagi Anda dan putra-putri Anda. Sebuah panduan untuk menyekolahkan putra-putri Anda ke sekolah-sekolah berkualitas, dunia dan akhirat.

Kami sadar tema yang kami angkat kali ini bukan tema yang sederhana. Sebab, pendidikan dalam Islam menjadi sesuatu yang sangat penting. Pendidikan mengantar seseorang pada derajad yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Sementara ilmu lebih penting ketimbang ibadah.

Untuk itu, pembaca, sengaja kami meluangkan waktu di sela-sela kesibukan kami mengelola majalah Suara Hidayatullah edisi reguler, untuk menggarap edisi khusus ini. Bahkan kami 'sengaja' mengulur waktu terbitnya majalah ini, yang sedianya bulan Desember 2010 lalu, demi sempurnanya sajian ini.

Kami juga telah mengirimkan sejumlah reporter ke sejumlah daerah hingga ke tanah Wasior, Papua, untuk menyambangi sekolah-sekolah yang kami anggap baik, serta menemui beberapa pakar pendidikan sekadar untuk berdiskusi perihal panduan memilih sekolah buat para orangtua.

Kami sadar, pembaca, apa yang kami sajikan ini belum sempurna. Tak semua lembaga pendidikan Islam bisa kami tampilkan. Bukan berarti kami menafikan keberadaannya. Bukan pula kami tak mengakui keunggulannya. Hanya karena keterbatasanlah maka kami tak menuliskannya. Untuk itu, kami mohon maaf.

Besar harapan kami atas manfaat majalah ini. Sebab, anak adalah sumber pahala jariyah buat kita. Mereka harus dibekali ilmu yang benar, ilmu yang bisa menambah iman, dan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Ilmu-ilmu seperti ini hanya bisa diperoleh dari lembaga pendidikan yang baik.

Akhirul kata, kami hanya bisa berserah diri pada Allah Ta'ala atas ikhtiar yang kami lakukan ini.

Wassalamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh

Redaksi

Sastra

Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.


BY : http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

INDONESIA

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara).[5] Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006,[6] Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

by:http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

Bahasa

Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa adalah sebagai berikut:

1. suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
2. suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain
3. suatu kesatuan sistem makna
4. suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
5. suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: Perkataan, kalimat, dan lain-lain.)
6. suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan[1] Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik.

Menetapkan perbedaan utama antara bahasa manusia satu dan yang lainnya sering amat sukar. Chomsky (1986) membuktikan bahwa sebagian dialek Jerman hampir serupa dengan bahasa Belanda dan tidaklah terlalu berbeda sehingga tidak mudah dikenali sebagai bahasa lain, khususnya Jerman.

by:id.wikipedia.org

Transempirikal Sains: Analisa dan Kritik


Oleh: Akhmad R. Damyati, MA

ISTILAH ‘sains’ bak kata mukjizat bagi orang modern. Yang tidak bersamanya berarti terbelakang, mundur dan jumud. Siapa yang tidak menguasainya maka ia akan dikuasi oleh yang menguasainya. Bagi suatu masyarakat, bangsa, negara dan lebih-lebih peradaban, akan termarjinalkan, katanya, apabila tidak berpihak kepada sains.

Sepertinya semua orang sudah sepakat dengan kesimpulan itu. Hanya problemnya adalah siapa yang mendefinisikannya sehingga ia paten kepada definisi tertentu? Apa tujuannya dan implikasinya apa?

Melihat Sains dari Dekat

Sekilas memang istilah sains ini sudah mapan, sehingga susah mengubah arus paradigma yang membelenggu masyarakat tentangnya. Namun apabila kita perhatikan betul-betul, ada yang janggal dengan sebutan penggunakan istilah ini.

Kata sains kononnya dicatut dari bahasa Latin Scire (to know) dan scientia (knowledge). Secara literal sains mempunyai makna pengetahuan. Aktivitas mengetahui ini adalah suatu yang sangat mendasar bagi manusia. Sebab dengan kemampuan mengetahui ini, manusia menjadi berbeda dari pada binatang dan makhluk-makhluk lainnya. Singkatnya, boleh dikatakan bahwa pengetahuan ini aspek khusus yang menjadikan manusia menjadi manusia.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sains itu adalah pengetahuan manusia, siapa saja, tentang sesuatu apapun di manapun dan kapanpun. Jadi kalau dirujuk kepada makna asalnya sains mempunyai makna yang sangat luas, umum dan universal. Dikatakan sangat luas karena ia tidak membatasi ilmu tertentu untuk dikatakan sains. Apa saja yang menjadi pengetahuan manusia, itulah sains.

Dikatakan umum, karena tidak saja ilmunya yang luas, tapi juga tidak khusus kepada kelompok tertentu, tidak khusus kepada suatu kelompok kajian yang hanya kelompoknya yang boleh mendefinisikannya, semisal Barat modern. Dikatakan universal karena ia mempunyai partikular-partikular, atau disiplin-disiplin yang menjadi bagian-bagiannya. Dan disiplin-disiplin itu tidak saja pengetahuan-pengetahuan empiris, tapi meliputi segala macam ilmu. Alhasil, kata sains berlaku kepada jenis pengetahuan apa saja.

Problem Sains Barat

Karena kemampuan dasar manusia adalah mengetahui, maka pertanyaannya adalah dari mana atau melalu apa saja manusia itu memperoleh pengetahuannya dan untuk apa pengetahuan itu? Pertanyaan ini juga menentukan hala tuju dari istilah sains ini. Lagi-lagi ini perlu memposisikan diri terlebih dahulu kepada perspektif, sebab beda perspektifnya akan beda pula maksud dan tujuannya.
Bagi kalangan Barat modern, tentu yang namanya sains itu adalah sekedar pengetahuan manusia yang bisa dicerna oleh panca indera belaka. Selain yang seperti itu tidak sah disebutkan sains.

Melalui verifikasi yang disebut saintifik empirislah kemudian pengetahuan itu disebut ilmiah. Jika tidak, maka gugurlah dari keilmiahannya. Dengan batasan ini maka berarti sangat sedikit sekali pengetahuan manusia yang disebut sains. Padahal asalnya tidak demikian. Mengapa ia menjadi sempit begitu? Jawabannya adalah akibat ulah segelintir orang yang melahirkan dunia modern sekarang ini.

Zaman Modern ini tidak bisa dilepaskan dari proses panjang sekularisasi di Barat dari berbagai aspeknya. Jika Barat modern adalah hasil dari sekularisasi, berarti paradigma sains modern juga berparadigma sekuler.

Ciri khas sains Barat ini adalah empiris dan rasional. Persoalannya, ada banyak pengetahuan manusia yang metaempiris dan juga metarasional. Intinya banyak ilmu yang melintasi (trancend) batas-batas indera dan rasio. Apalagi konsep rasio di Barat, meminjam istilah al-Attas, telah terpisahkan dari intellectus. Maka konsekuensinya adalah paradigma Barat yang sekuler ini akan secara total mengiliminasi pengetahuan manusia yang sebetulnya lebih penting lagi dari pada sekedar sains Barat itu. Tak ada wahyu atau intuisi seabagai sumber ilmu dalam kamus mereka (Barat modern).

Lalu apa saja pengetahuan manusia selain sains Barat ini? Pertanyaan ini bisa ditelusuri dengan melihat saluran pengetahuan yang digunakan. Sebagaimana terdapat dalam Islam, pengetahuan manusia bisa melalui berbagai saluran. Dari yang terendah adalah panca indera, kemudian naik kepada yang lebih tinggi adalah akal, lalu intuisi dan yang terakhir adalah wahyu.

Jadi secara khirarkhis, panca indera adalah saluran terendah sampainya pengetahuan kepada manusia. Panca indera bertugas menangkap partikular-partikular pada dunia sekitar diri manusia. Inilah yang melahirkan pengetahuan praktis empiris. Hasil cerapan empiris ini yang kemudian menjadi ilmu sains modern saat ini, setelah dimantapkan dan dibakukan oleh analisa rasional praktikal dan ditetapkan sebagai yang saintifik oleh beberapa kalangan di Vienna Circle dahulu. Di sinilah terjadi pembatasan sains itu hanya kepada pengetahuan yang empiris saja.
Sengaja atau tidak, pembatasan sains kepada yang empiris ini sebetulnya merupakan semangat sekuler sebagai nilai utama yang terkandung di dalamnya. Sebab, ini merupakan proses penyingkiran aspek-aspek spiritual dalam sains.

Wajar kalau seorang Syed Hussein Nasr, misalnya, menganjurkan sakralisasi sains. Sebab, dengan pembatasan sains kepada yang empiris berarti telah menganggap sains itu lepas dari kesakralan atau nilai-nilai ilahi. Netral adalah kata ajaib bagi desakralisasi sains. Jika diteruskan pembatasan sains ini maka akan mengajak para penggiatnya menjadi ateis, karena berarti menjadi terbebas dari hegemoni agama.
Ini yang sepertinya juga memancing seorang al-Attas turun tangan menangani problem ini.

Al-Attas malah menganggap problem ini sebagai agenda filosofis Barat modern yang telah menyumbang malapetaka terbesar bagi umat saat ini. Tiga kerajaan besar telah porak poranda akibat pembatasan sains dan penerapannya ini. Mereka adalah kerajaan hewan, kerajaan tumbuh-tumbuhan dan kerajaan air. Manusia seakan sedang terseret kepada arus pengrusakan alam dan lingkungan akibat dari konsep sains yang sempit ini. Ini merupakan penyakit dari Barat yang disebarkan ke seluruh dunia. Inilah yang kemudian dikenal dengan pembaratan (westernization), suatu proses mengikuti tren Barat yang sedikit demi sedikit tengah menuju kepada kehancuran dunia.

Apa yang perlu dilakukan?

Jika ada agenda sistematis dan terstruktur yang disebut westernisasi, maka perlu membuat upaya sebaliknya, yakni dewesternisasi. Dalam konteks sains ini kita perlu menyadarkan, tidak cukup sekedar membuktikan karena sudah jelas-jelas terbukti, bahwa sains ini tidak sekedar empiris, tapi melintasi dunia empiris (transempiric). Hal itu karena beberapa alas an berikut.

Pertama, secara bahasa. Seperti disebutkan di atas, sains ini berasal dari bahasa Latin scientia yang mempunyai kata dasar scire (to know). Ini dalam bahasa lainnya knowledge (Bahasa Inggris), ilm (Bahasa Arab), pengetahuan (Bahasa Indonesia). Jadi sebetulnya baik sains, ilmu, pengetahuan, setara dan sama-sama umum. Jika demikian adanya, maka perlu pendefinisian ulang sains itu sebagai pengetahuan yang tidak saja empiris, tapi transempiris.

Kedua, secara historis. Yang membuat istilah sains terbatas adalah proses panjang Barat menjadi sekuler. Artinya sains modern yang sempit itu adalah buah sekularisasi. Oleh karena itu, perlu desekularisasi sains. Ini bermakna, ada upaya mengembalikan sains kepada pengertian yang lebih menyeluruh dan utuh, bukan sempit dan partikular.

Ketiga, alasan epistemologis. Salah satu yang menjadi problem utama sains menjadi sempit itu secara epistemologis adalah penggunaan saluran ilmu tertentu dan menghilangkan saluran ilmu yang lain yang bagi hakekat diri manusia justru itu yang paling penting.

Sumber ilmu yang tertinggi dan yang paling penting itu adalah wayu. Wahyu adalah pemberi informasi tentang ilmu-ilmu yang tertinggi secara hirarkhis. Biar pun gemerlapnya sains saat ini, ilmu para Nabi yang diturunkan melalui wahyu itulah yang tertinggi. Sebab itulah para Nabi dan rasul diturunkan, yakni untuk mengingatkan akan urgennya ilmu ilahi diketahui oleh umat manusia.

Pengembalian makna sains sempit kepada yang luas dan yang sebenarnya inilah yang dimaksud di sini dengan transempirikal sains. Melintaskan sains dari sekedar empiris kepada yang rasional, intuitif bahkan profetik. Dengan demikian, maka akan muncul sederet nama-nama sains yang beragam dari saluran ilmu yang berbeda, seperti halnya yang pernah diklasifikasi oleh al-Farabi dalam kitab Ihsa’-nya, atau oleh al-Ghazali dalam Ihya’-nya.

Khazanah Islam yang begitu luas akan termasuk sains nantinya, mulai dari sains al-Quran, hadits, tafsir, fiqih, tasawwuf, akhlak, dan segala macam ilmu yang dikenal hebat dalam tradisi Islam yang pernah mengantarkan umat ini kepada kejayaannya di masa silam.

Siapa yang berusaha dalam pelepasan belenggu makna sains saat ini dari yang empiris kepada transempiris, maka sebenarnya ia sedang melibatkan dirinya kepada salah satu agenda islamisasi ilmu yang berlangsung sejak masa Nabi Muhammad diutus empat abad silam.

Sebab, sebetulnya islamisasi ilmu itu sudah berlaku sejak baginda diutus dahulu dan akan selalu berlaku hingga kini. Dan inilah pentingnya transempirikal sains demi kemajuan ilmu dan peradaban umat manusia secara umumnya dan umat Islam secara khususnya. Wallahua’lam

Penulis studi di jurusan Islamic Thought di Universiti Malaya

Red: Cholis Akbar

Jenis Baru Nyamuk Malaria Ditemukan


Hidayatullah.com--PARA ilmuwan Prancis telah menemukan nyamuk jenis baru di Afrika yang belum pernah terdata sebelumnya. Nyamuk subtipe Anopheles gambiae ini dikhawatirkan membawa parasit malaria yang lebih berbahaya dari penyakit malaria yang pernah ada.

Saat mengumpulkan nyamuk-nyamuk di sebuah pedesaan dekat Burkina Faso, Afrika barat, mereka menemukan nyamuk baru, berbeda jenis dengan sebelumnya pernah mereka tangkap. Dan berada di luar rumah.

Setelah melalui tes lab, mereka mengidentifikasi nyamuk yang dijuluki 'Goundry' ini rentan terhadap infeksi parasit malaria, dan menyukai berada di luar ruangan (outdoor).

"Mereka sangat rentan dengan parasit malaria manusia, kami tahu mereka berasal dari spesies yang memiliki kecenderungan erat dengan darah manusia, dan populasi mereka sangat banyak," ujar Ken Vernick, ilmuwan Prancis Unit Host, Vektor, dan Patogen di Pusat Nasional untuk Penelitian Ilmiah Prancis di Paris, Kamis (3/2).

Hidup Goundry yang selalu beredar di luar ruangan menunjukkan bahwa nyamuk ini mungkin cukup muda dalam hal evolusi, ujar Vernick, dan bahkan mungkin telah berevolusi sebagai subtipe outdoor yang merupakan cara untuk menolak ataupun menghindari usaha-usaha seperti penyemprotan insektisida di dalam ruangan.

Meski menyatakan para peneliti belum bisa menghitung dampak malaria yang diakibatkan nyamuk subtipe jenis baru ini, mereka mengkhawatirkan hasilnya mungkin akan lebih besar.

Penyakit malaria yang disebarkan nyamuk Anopheles ini telah mengancam setengah populasi dunia. Korbannya kebanyakan anak-anak di bawah lima tahun dari negara-negara miskin Sub-Sahara Afrika.

Laporan terkini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan penanggulangan terhadap penyakit ini telah mengalami kemajuan beberapa tahun terakhir, mampu menekan angka kematian menjadi 781 ribu pada 2009 dari hampir satu juta jiwa pada 2000. *
Sumber : rtr/media
Rep: CR2
Red: Cholis Akbar